Kamis, 09 Juni 2016

BOCAH-BOCAH PEMBERANI DI CHINA

Kisah Bocah-Bocah Bernyali! Bertaruh Nyawa ke Sekolah dengan Menuruni Tebing Setinggi 1.400 Meter
Bocah-bocah yang tinggal di desa Atule'er provinsi Sichuan China, Mereka harus bertaruh nyawa jika akan berangkat ke sekolah mereka.
Kisah Bocah-bocah Bernyali! Bertaruh Nyawa ke Sekolah dengan Menuruni Tebing Setinggi 1.400 Meter

Mereka harus menuruni sebuah tebing yang mempunyai tinggi kurang lebih 1400 meter atau 800 meter dari permukaan tanah, Mereka hanya memakai tangga yang terbuat dari pohon anggur untuk jalur mereka.

Kisah Bocah-bocah Bernyali! Bertaruh Nyawa ke Sekolah dengan Menuruni Tebing Setinggi 1.400 Meter

Desa tempat tinggal mereka yaitu desa Atule'er memang di sebut sebagai desa tebing karena lokasi desa ini berada di atas sebuah tebing. Desa ini hanya di diami oleh 72 kepala rumah tangga dengan akses yang sangat susah untuk menuju ke sana.

Jangan tanyakan alat transportasi, jalan setapak saja untuk menuju kesana bisa di bilang tak ada.
Para penduduk desa ini harus mendaki 17 tangga dari pohon anggur yang terpasang di tebing jika mereka ingin pergi menuju dunia luar.Ada sekitar 15 anak yang berusia antara 6 sampai 15 tahun warga desa Atule'er yang menuntut ilmu di sekolah yang berada di kaki gunung.Tiap dua minggu mereka harus bertaruh nyawa dengan memanjat tangga pada tebing tersebut, tangga ini pernah menelan korban jiwaSeperti kita lihat pada gambar di atas mereka memanjat tangga tanpa memakai alat pengaman apapun sambil menggendong tas punggung mereka, Mereka biasanya akan di dampingi oleh orang tua yang mengawal mereka secara bergiliran saat menuruni tangga.



Kisah Bocah-bocah Bernyali! Bertaruh Nyawa ke Sekolah dengan Menuruni Tebing Setinggi 1.400 Meter

Untuk mendaki tebing orang dewasa membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 jam sedangkan saat mereka urun membutuhkan waktu 1 jam.


Sebetulnya pernah dibangun kereta kabel yang berguna menghubungkan desa ini dan daerah di kaki gunung. Tetapi dirobohkan dikarenakan warga tidak mampu membayar listrik untuk mengoperasikan kereta tersebut.



Pemerintah di sana juga belum mengganti tangga dari pohon anggur ini dengan baja di karenakan persoalaan keuangan atau dana.

Tidak ada komentar: